Sunday, December 17, 2006
mercusuar
di bibir pantai lelaki tersenyum menggenggam nyala lentera
melabuhkan perahu hati putri di malam malam sunyi
 
posted by riO! at 11:20 PM | Permalink | 0 comments
Tuesday, December 12, 2006
peluh akhiri tarian malam
tanpa tetabuhan
tanpa iringan

angin saja
mengusap
butiran

menggelincir
jatuh
menguap

malam semakin tenggelam

.:pradnya paramita
-pecintabulan dan pemimpisejati-

---------------------------------------

dan bulan mengintip dari gelap malam
saat tarian malam ditarikan gemulai
bulan tersenyum tenggelam dalam
semakin hilang
tanpa tetabuhan
tanpa iringan

.:riO
-pujanggapemalu!-
 
posted by riO! at 1:56 AM | Permalink | 0 comments
Friday, December 08, 2006
terinspirasi oleh 'wejangan' karya dio_politico
wejangan
oleh dio_politico

seorang bocah termenung di teritis pendopo
ia tak mengerti kenapa ayahnya dipenjara
dan lebih pusing lagi ketika ibunya berwasiat :
"Nak, kau diberi Tuhan lidah
jilatlah yang perlu dijilat
Agar kau tak tersingkir
Seperti ayahmu"

Cengkareng, 26/2/...

--------------------------------------------

nasehat dari balik jeruji
[terinspirasi dari puisi 'wejangan oleh dio politico']

bocah kecil itu tak mengerti
kenapa ia harus mengunjungi penjara
kata ibu untuk bertemu ayah

"Nak, lidah dengan ludah berbau busuk merekalah
yang mengirim ayah ke balik jeruji
tapi kau tak perlu menjilat Tuhan
Dia tau kebenaran.
bahwa lidah ini tak mencecap korupsi"

ibu yang saat itu bersamaku
terdiam lidahnya kaku membisu
dan aku tau hatinya pilu

--------------------------
catatan :
untuk dio_politico
maaf tidak meminta izin terlebih dahulu menerbitkan tulisannya di sini.
 
posted by riO! at 12:05 AM | Permalink | 0 comments
Wednesday, December 06, 2006
terinspirasi dari 'mengantar bunda' karya Yohannes Sugianto
mengantar bunda
oleh : yohannes sugianto

mengantar bunda saat senja tiba
aku sendiri di mobil tua
bunda masuk ke rumah mewah
'sebentar saja, besok kamu kan ulangan'
begitu katanya sebelum melenggang
sedang apa di dalam sana, entahlah

aku selalu teringat
begitu bunda keluar rumah itu
wajahnya pucat tapi ada senyum untukku
dan tak lupa dia mengusap kepalaku

aku selalu teringat
bunda mengajakku belanja lima bungkus nasi
goreng ayam rempela
tak lupa rokok buat ayah
yang menganggur sekian lama

aku selalu teringat
ayah diam saja saat bunda tiba
matanya basah entah kenapa
dihisapnya rokok tanpa kata

'pelacur bisiknya'

--------------------------------------------------

kucari maaf Tuhan
[versi satu, terinspirasi dari mengantar bunda]

aku selalu teringat
ayah tak sadar aku dengar bisiknya

pelacur.
dan aku mengerti
arti senyum dan wajah pucat bunda
saat keluar dari rumahrumah mewah
juga belai lembut usap bunda

aku juga ingat
paras ayah saat terdiam tanpa kata
dihisapnya kuat kuat rokok kretek yang tinggal setengah
ia mungkin lupa rokok di mulutnya hasil dari pelacuran

dan aku tak akan lupa
waktu dimana suara air terdengar
dan hanya hening setelahnya
dikamar
dalam sujud bunda terisak

dan aku tak akan lupa
dalam diam
kucari maaf Tuhan
'tuhan maafkan bunda'
itu dzikirku

kucari maaf Tuhan

------------------------------------------------

menemani ayah
[versi dua, terinspirasi dari mengantar bunda]

aku selalu teringat
ekspresi kaget di wajah ayah
saat tau aku si bungsu terdiam dalam bisu
saat mendengar kata itu
dari bisik bibir ayah suami ibu

pelacur.
dan aku mengerti
arti senyum dan wajah pucat bunda
saat keluar dari rumahrumah mewah
juga belai lembut usap bunda

aku juga ingat
saat menemani ayah di bale rumah
kami berdua terdiam dalam bisu
kini mataku basah entah kenapa

aku tak ingin ingat
disaat kebimbangan memuncak
kemana aku harus memihak
jalan hitam ibu untuk hidup
atau ketidakberdayaan ayah yang abu abu

----------------------------------------------

saat senja tiba
[versi tiga terinspirasi mengantar bunda]

saat itu surya menyentuh di ujung barat
bunda berhias
gincu merah, baju berbelahan dada rendah
serta sepatu berhak tinggi

aku teringat
setitik basah di ujung mata bunda
senyuman manis bunda
'jangan nakal, belajar lalu temani ayahmu'
dan usap di kepalaku
saat melepas bunda pergi di pintu rumah

ayah tak ada disitu

ayah duduk terdiam di teras belakang
menulikan diri saat deru mobil tua meraung menjauh
'ayah kapan pergi kerja?'
'kenapa bunda selalu pergi saat senja tiba?'
pertanyaanku saat itu

ayah terdiam
dan tak ada jawaban
malam itu ayah menangis dalam bisu

'aku menganggur dan bundamu melacur agar dapur tetap ngebul'

aku ikut terdiam
dan tak pernah bertanya
lagi

------------------------------

om YO.... izin posting puisi 'mengantar bunda'nya yah
 
posted by riO! at 11:37 PM | Permalink | 0 comments
sudah tidur! jangan maksa
kantuk
kuap
air mata
sebuah pencarian keadilan raga
setelah seharian memaksa terus kerja
kini saatnya tutup mata
hadirkan tawa walau hanya dalam bunga
yang layu saat besok kembali terjaga
 
posted by riO! at 11:35 PM | Permalink | 0 comments
sebuah pencarian
di seberang sana di peron satu
duduk menunggu bapak berpeci
dengan tasbih di tangan kanannya

lirih
hatinya mengulang lagi dan lagi
sebuah pencarian

:kan kutemukan sekarang

matanya terpejam
senyumnya tipis terbayang
hatinya mengulang dzikir menerawang

dulu dalam pencarian
lewat perahu dan kapal udara
tak juga ia temukan

:kini kucari kau dengan kereta
kan kumasuki peronperon panjang
dan kutemukan pencarian
sebentuk kedamaian.
 
posted by riO! at 11:29 PM | Permalink | 0 comments
dinegeri kata
raja termenung memikirkan kata
perdana menteri rancang strategi kata
ratu berhias kata
penyihir ramu kata
dokter membedah kata
guru ujikan kata
penyair membahasakan kata
aktor perankan kata
penyanyi dangdut menggoyang kata
jelata kehilangan makna bahkan tak bisa membaca
kata tampil apa adanya
juga kadang berdusta
 
posted by riO! at 11:25 PM | Permalink | 0 comments
mampukah kata?
saat kelahiran lahirkan suka
dan kematian senyawakan duka
mampukah kata hadirkan rasa sehebat lahir juga mati?
 
posted by riO! at 11:21 PM | Permalink | 0 comments
kisah klasih seorang putri
malam sunyi putri membisu
yang ada hanya tatapan sendu pun rindu
harap ksatria berbaju zirah
menunggang kuda putih
dengan pedang di pinggang
gagah
juga serupa cincin dan kata kata 'would you?'
yang sudah mantap akan dijawabnya 'i do'
pada cupid ia curhat dan berharap

cupid : ah standar! impian klasik dongeng seorang putri. udah gak jaman kali!
 
posted by riO! at 11:07 PM | Permalink | 0 comments
kamar mandi, mandi suci
bukan salahku sepenuhnya setan membujukku di depan pintu kamar mandi
bukannya mandi malah ku memuaskan diri setelah rapat rapat kukunci kamar mandi. ah... memuaskan diri sampai habis energi setelahnya baru mandi
 
posted by riO! at 8:30 PM | Permalink | 0 comments
Friday, December 01, 2006
s a m a n
di pentas itu di balai budaya terkenal
sekelompok wanita berbaris sejajar
duduk bersimpuh bawakan tarian
ritmis... magis...
s a m a n
tempo dipercepat dan gerakan semakin cepat
lalu terhenti
waktu ikut berhenti seakan detik mengurai langkah ke belakang
semua kembali dalam kenangan

hari itu entah hari keduapuluh berapa
di bulan desember dua ribu empat

hari itu
tak ada senyum gadis berkerudung bermata biru dari teunom
tak ada tawa di lorong lorong syiah kuala
juga tak ada saman!
apalagi rujak dan mie aceh

hanya tangis
teriakan
untai doa dalam kepasrahan
tangisan bunda
ratap putri kecil dalam gigil
teriakan frustasi ayah

duka negeri ini begitu hebat
terguncang zambrut jadi semrawut

dan di sana di pelataran masjid
tertidur pulas tanpa nafas
seorang balita kecil
dalam senyum dibibirnya

.:dalam kenangan, tsunami 2004:.
 
posted by riO! at 3:42 AM | Permalink | 0 comments
malam itu kamu terlihat lucu
seluruhmu adalah rindu
tawa
mata
hingga jejak yang tersisa
adalah rindu


kamu yang berjalan bersisian di tepi stadiun terlihat lucu
senyummu malam itu menyusup curi hatiku
 
posted by riO! at 3:30 AM | Permalink | 0 comments
nasehat seorang penyair
: jangan letih, cari dan gores kata


takkan letih
kucari dan kugores kata
deretkan hingga bentuk satu rasa
sebuah persembahan atas nama cinta

akan sastra dan dunia

aku datang

tunggu aku di pentas jagat kata!
 
posted by riO! at 3:20 AM | Permalink | 0 comments
hangat peluk bunda
aku berlari
hingga tak kutemukan perih
kuingin temui bunda
dan hilang dalam hangat peluknya
 
posted by riO! at 3:18 AM | Permalink | 0 comments
Senyum Bunda
di sudut dapur
dua semut bertengkar berebut butir gula
yang bunda jatuhkan tanpa sengaja
tapi pertengkaran itu kini reda
dua semut terpana oleh senyum bunda
:bunda manismu asli

 
posted by riO! at 3:02 AM | Permalink | 0 comments

Visitor Map
Create your own visitor map!