: SMH

waktu bawa ia kembali
dengan senyuman khasnya
hmmmm....
saat berdua dengannya
adakah waktu berdetik ke kiri???

Bogor 24 Juli 2007

adalah sketch book saku
yang tangkap gambarmu
dalam sekurun waktu
lalu kamu berlalu
hinggap di sketch book baru
lalu berlalu
dan terus
begitu
aku tau
hatiku ingin tangkap kamu
dan simpan dalam kanvas
di kamarku yang biru

Bogor
24 Juli 2007

pada kanvas kugoreskan rindu
tercipta sketsa wajahmu

pada rindu kuasahkan wajahmu
terabaikan kanvas kosong menunggu

Bogor
24 Juli 2007

dalam setiap pejaman mata
ada kosong yang merajai
se-per-sekian-detik

adakah kamu
tuk jadi ratu
dalam per-detik hidupku??

Bogor
24 Juli 2007

kemarin kutemukan ia, hadir dalam pelangi
hilang saat matahari terang lagi...

hari ini hujan rintik lagi, kucari pelangi
tak kunjung kujumpai ia hari ini

Bogor
24 Juli 2007

selasar hati ini menyepi
eh... ada kamu di tepi pagi
sendiri tersenyum manis

senyummu
: puisi terindah yang diciptakan pagi

Bogor
24 Juli 2007

dalam sketch book saku
kucoretkan pilu
dalam komposisi sendu
dia. kamu.
di bawah payung ungu
hujan malam
minggu

Bogor
24 Juli 2007

pada bulan setengah di kanvas malam ini
kamu bercerita tentang putri malam
juga kunangkunang di setiap pertemuan

padamu yang terlelap malam ini
setengah bulan yang tertutup hitam
jaga putri malam juga kunangkunang

purnama utuh. putri malam. juga kunangkunang
dalam kanvas yang masih baru
mimpinya malam itu

Bogor
24 Juli 2007

kutempuh perjalanan cari kamu
lampu jalan bantu terangi sisasisa jejakmu

kulaui banyak jalan cari kamu
kini kuhadapi jalan buntu

b u n t u !
di mana kamu???

kutempuh perjalanan cari kamu
sekarang jalan sesatkan aku

t e r s e s a t -- a k u
semakin jauh dari kamu

O.. jalan sembunyikan kamu dari aku

Bogor
24 Juli 2007

jam dinding
aku yang berkuasa di ruangan ini. mengatur semuanya, menentukan siapa yang layak diganti. oleh detikdetik yang kumiliki. umur, itu kegemaranku, kunikmati sedikit demi sedikit masamasa muda mereka, tanpa sadar ternyata kini mereka jadi tua. saat tuan masturbasi iseng iseng kuhitung tiap detik diriku, wuih.... tuan kuat sekali. tapi... sudahlah aku tak perduli semuanya urusan pribadi biar aku nikmati lagi perjalanan detikku.

televisi
saya buatan lokal dua puluh satu inch
tahun lalu, tuan sandingkan saya dengan dividi
badannya langsing, kata tuan dia dari negeri gunung fuji
tidak ada ikatan resmi antara saya dan dividi
hanya kabelkabel merah kuning putih menyatukan kami.
tapi tuan nampaknya gembira sekali
saat kami me-audiovisualkan tayangan dengan rate X tiga kali.
setelahnya kami jadi malu sendiri lihat tuan masturbasi

kasur
bukan bulubulu angsa yang ada dibalik tubuhku. hanya kapukkapuk biasa yang memenuhi. yah aku memang tidak sespesial kasur pegas buatan italy. tapi tanya saja tuan bagaimana dia tertidur tanpa perduli detik jam sedang bergerak terus walau sudah jam sembilan pagi di hari senin. tanya juga tuan bagaimana rasanya menonton saat dividi dan televisi menyajikan gambar perempuanperempuan tanpa busana sama sekali, biasanya kalau sudah begitu kurasakan tuan bersemangat sekali masturbasi. diatas tubuhku ini. jadi tak masalah walaupun aku bukan kasur pegas buatan italy. tapi satu musuhku di kamar ini, detik jam memakan semua elastisitas diriku, kalo ibu tuan tidak rajin rajin menjemurku... mungkin lama lama aku akan diganti.

seprai
jangan berani berani buang sperma diatas aku ini!!! biarkan aku tetap bersih dan wangi. hingga penghujung minggu itu jemput aku untuk dicuci.

lampu
bagus, matikan saja aku tuan, tekan saklarku hingga aku bisa sembunyi. biar saja pendar televisi jadi sumber penerangan aktivitas itu, aku tak sudi lihat tuan masturbasi.

kamar
aku memang hanya tiga kali empat meter persegi
biru laut membuat suasana lebih tenang di hati
mungkin itu yang membuat tuan nyaman sekali
bermain menggunakan tangan dan jemari
dan aku hanya bisa malu tersipu saat ia masturbasi
jadi penasan apa yah rasanya self service sendiri

Bogor, 20 Juli 2007

: UHK

dimana ruang waktu kita?
bukankah kita waktu dan ruang menjalani
peran, bersinggungan?
sering kita tersesat mencari jalan pulang
dalam ruang waktu yang berkejaran

di dalam peran
orang-orang yang berhasil dengan pilihannya,
masihkah ia menatap masa depan yang
sudah jelas ia pilih juga tentukan
mungkinkah ia ziarah pulang?
runut detik pikirkan ulang
atas semua pilihan
diapakan takdir nasibnya di garis tangan.

masih di dalam peran
untuk orangorang yang menerima nasibnya
kemana larinya pilihanpilihan??
bukan di khayangan, tidak juga terpenjara
stupastupa candi di muntilan
bukankah sebuah pilihan begitu dekat
hanya terpisah segenggaman tangan

dimanakah kita?
menjalani waktu dan ruang....

hatiku di belah ketupat
: b i m b a n g
putuskan ya atau tidak
: terima kamu

gantian, buatkan aku kopi
tanpa gula seduh yang pekat
hidup ini melulu manis
bagaimana pait pun aku lupa
sajikan di gelas anggur
hingga ku tau semuanya nyata
ditegukan pertama

stasiun berikutnya : gambir


disitu, kutemukan ia diantara puisi
: tersenyum
dan aku jatuh di kedalaman matanya yang berbeda

diam yang kau pilih sudahkan hatimu restui?!
matamu masih bicara, manis.
samar lara lirih melagu
merdu dikeseluruhannya yang minor

tinta hitamnya masih banyak
mata penanya tetap tajam
pulpen dalam keadaan baikbaik saja
hati penulisnya yang macet
rupanya terlalu banyak veromon yang membeku
terakhir, lima tahun lalu ia tulis surat di kertas merah jambu